Entrepreneur atau wirausaha adalah “individu yang mengambil segala resiko untuk mengejar dan menjangkau peluang serta situasi yang berbeda dengan kemungkinan kegagalan dan ancaman serta hambatan”. Pada dasarnya semua manusia yang hidup melakukan suatu pekerjaan entrepreneur dalam memenuhi kebutuhan hidup. Ketika mausia butuh membeli kebutuhan dasar meraka berupa sandang, pangan dan papan mereka berusaha mereka Berikut ini adalah faktor-faktor yang cenderung menghambat minat wirausaha seseorang:
1. Anggapan bahwa untuk berwira usaha diperlukan modal yang besar. Anggapan ini memang benar bila yang dimaksud dengan membuka usaha adalah usaha yang besar. Bila telah memilih untuk berbisnis toko misalnya, anggapan seperti ini akan mengkondisikan seseorang untuk membayangkan bahwa ia harus menyediakan modal ratusan juta untuk membeli ruko dan kemudian ratusan juta berikutnya untuk membeli barang dagangan.
2. Anggapan bahwa berbisnis berisiko sedangkan menjadi pegawai tidak berisiko. Anggapan ini didasari oleh pemahaman yang tidak mendalam tentang risiko. Sebenarnya, risiko akan menyertai keputusan apapun yang diambil oleh seseorang. Berbisnis berisiko, menjadi pegawai juga berisiko. Risiko keduanya bisa sama-sama besar bila orang yang bersangkutan tidak menguasai dengan baik apa yang menjadi pekerjaannya. Seorang pegawai yang bekerja sebagai operator mesin bubut di sebuah ketel di sebuah pabarik gula berisiko mati bila sewaktu-waktu ketelnya meledak. Tentu saja risiko mati jauh lebih besar dari pada risiko rugi uang milyaran sekalipun yang bisa dialami oleh seorang pengusaha. Bahkan, risiko pegawai juga mencakup risiko keuangan. Risiko ini terjadi bila perusahaan atau institusi tempatnya bekerja mengalami permasalahan keuangan yang berujung pemotongan gaji atau pemecatan.
3. Anggapan bahwa berbisnis adalah bakat bawaan. Dengan anggapan ini, seseorang yang belum pernah berbisnis atau belum pernah sukses dalam berbisnis semakin tidak berminat untuk berbisnis karena merasa dirinya tidak berbakat. Permasalahan ini bisa dihindari bila asumsi bahwa “bisnis adalah bakat” diubah menjadi “binsis adalah keahlian”. Bisnis adalah keahlian sebagaimana keahlian dokoter, insinyur, ahli komputer, mengemudikan mobil, mengemudikan pesawat terbang dan sebagainya. Mengemudikan pesawat terbang memang sulit, apalagi pesawat besar yang besar seperti Boeing 747, tetapi tentu saja bisa dipelajari.
Dalam hal belajar ini, ada orang yang pintar sehingga membutuhkan waktu belajar yang relatif singkat, tetapi tentu saja akan lebih banyak orang yang tidak terlalu pintar sehingga untuk benar-benar menguasai dan mahir membutuhkan waktu yang relatif panjang.
Demikian pula dengan bisnis dan berwirausaha. Betapapun sulitnya, sepanjang dianggap sebagai sebuah keahlian dan kemudian dipelajari dengan tekun melalui proses learning by doing dan trial & error, suatu saat keahlian ini akan bisa dikuasai dengan baik. Tanda pengusaannya adalah usaha yang berkekembang atau kepemilikan uang yang relatif banyak.